Awal Mula Munculnya Kesyirikan Rububiyah Yaitu Dengan Membikin Tandingan
Barangkali kesyirikan perdana dalam masalah ini ialah yang digagas oleh Abdullah bin Saba'[1] sang Yahudi tulen, dimana dia lah yang menyekutukan Allah ta'ala pertama kali dalam perkara rububiyah dengan cara membikin tandingan bagi Dzat Allah Shubhanahu wa ta’alla. Yaitu dengan mengagungkan sahabat Ali radhiyallahu 'anhu melebihi kapasitasnya sebagai makhluk, hingga dirinya didaulat menjadi tuhan.[2] Disamping itu, dia adalah tokoh yang menggerakan pengikutnya untuk menyekutukan -Nya dalam perkara rububiyah dengan cara membikin tandingan dalam sifat dan perbuatan Allah Shubhanahu wa ta’alla.
Salah satu pemahamannya ialah meyakini bahwa sahabat Ali mempunyai kehidupan abadi, dialah yang akan menghisab amal seluruh manusia kelak pada hari kiamat, yang menurunkan hujan, dan yang akan menghukum musuh-musuhnya. Serta keyakinan-keyakinan batil lainnya yang mengandung kesyirikan dalam perkara rububiyah yaitu dengan menjadikan sebagai tandingan -Nya dalam perkara sifat dan perbuatan -Nya. Dari uraian diatas bisa kita simpulkan bahwa awal mula munculnya kesyirikan rububiyah dengan menjadikan tandingan bagi Allah dengan dzat berawal dari sosok Abdullah bin Saba', seorang Yahudi tulen. Yang di ikuti oleh kebanyakan Rafidah ghulat (ekstrim).[3] Juga dijiplak oleh sekte Isma'iliyah,[4] Ubaidiyah,[5] Qaramitah,[6] Nushairiyah,[7] Daruz,[8] serta sekte Syi'ah sesat lainnya.
Begitu juga kesyirikan rububiyah dengan menjadikan tandingan bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam perkara sifat dan perbuatan -Nya juga muncul dari hasil gagasannya, sebagaimana telah lewat keterangannya. Abdullah bin Saba' secara tidak langsung telah mengkolaborasi antara menyekutukan Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam rububiyah dengan membikin tandingan dalam rupa, dan menyekutukan -Nya dengan membikin tandingan dalam hal sifat dan perbuatan -Nya. Sebab, orang yang menetapkan adanya tuhan selain Allah Shubhanahu wa ta’alla secara otomatis akan memberikan sifat-sifat rububiyah dan perbuatannya sesuai selera dan hawa nafsunya.[9]
Kelompok yang terjatuh dalam kesyirikan jenis ini sangat banyak, yang justru mereka tidak menyekutukan Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam perkara rububiyah dengan cara membikin tandingan dan dzat, semisal sekte Imamiyah dari sempalan Syi'ah, sufi yang bersikap ekstrim terhadap Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada guru-guru dan mursyid mereka.
Adapun Rafidah maka pokok kesesatan mereka dalam perkara ini, yaitu menyekutukan Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan mengambil tandingan dalam dzat, sifat dan perbuatan. Berawal dari sikap mengekor pada Abdullah bin Saba', Yahudi tulen, seorang zindik yang berambisi ingin merubah ajaran Islam yang lurus menjadi agama Yahudi dan Nasrani. Bid'ah-bid'ah baru yang mereka buat bermuara dari pokok pemikiran Yahudi tadi. Dan akan datang keterangan paham-paham menyimpang mereka secara rinci, insya Allah pada pembahasan yang akan datang. Sedang sekte Batiniyah maka pahamnya dari awal sudah ingin menghancurkan pondasi-pondasi agama Islam. Mengaku adanya sekutu dan tandingan bagi -Nya, serta mempunyai teman yang diklaim bisa menciptakan langit dan bumi serta segala isinya.
Adapun sebab menyebarnya kesyirikan dengan menjadikan tandingan bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla dikalangan sufi yaitu bermula dari sebagian orang dikalangan kaum muslimin yang tampil dengan penampilan kasyaf. Dan kelompok yang paling berbahaya bagi banyak orang dan paling sering menipu orang-orang bodoh ialah yang tampil dengan dandanan orang sholeh, mata cekung yang menandakan sering menangis, jenggot panjang menjulur, sorban panjang membentang, jubah putih, sambil membawa tasbih panjang, dengan penampilan tersebut mereka mengecoh seakan-akan mengajak kepada sunah, namun, hakekatnya sedang merobohkan dan memusuhi agama, dengan memakai jubah agamanya yang batil dan pemahaman yang sesat. Diantara tipu daya dan perbuatan makar mereka ialah mencampur adukan dan berdusta secara terang-terangan didalam menafsirkan ayat maupun dalam memahami hadits shahih, atau mentakwil sesuai dengan hawa nafsunya, atau berdalil dengan hadits palsu, baik disengaja maupun tidak.
Mereka terjatuh dalam sikap ghuluw terhadap dirinya sendiri, yaitu dengan klaim-klaim batil mampu mengatur kejadian alam semesta, mengetahui ilmu yang tersimpan, mampu untuk merubah sesuatu yang ditimbang. Kemudian tatkala tokoh-tokohnya meninggal maka datang para pengikutnya yang menyematkan pada mereka sama seperti ketika masih hidup, mengatakan punya karamah, dalam rangka menginginkan adanya individu makhluk yang disucikan. Mereka mengikuti umat pada generasi terdahulu yang terjatuh dalam kesesatan yang sama. Dan akan kami jelaskan beberapa jenis kesyirikannya secara ringkas dan rinci pada pasal yang akan datang insya Allah.
Awal Mula Munculnya Kesyirikan Uluhiyah dan Ibadah.
Barangkali awal munculnya kesyirikan dalam perkara uluhiyah dan ibadah bermuara dari sekte Syi'ah dengan berbagai aliran, paham, kelompok, dan sempalannya. Sesungguhnya paham Syi'ah dijadikan sebagai baju bagi setiap orang yang ingin menghancurkan Islam dan kaum muslimin. Masuk dalam barisannya ialah aliran Batiniyah dengan berbagai pahamnya, semacam Isma'iliyah, Qaramitah, Nushairiyah, Ubaidiyah, dan Daruziyah, yang semuanya berada dibawah pemahaman Syi'ah.
Yang jelas bahwa kelompok Batiniyah adalah orang-orang yang menyekutukan Allah jalla wa 'ala dalam hal dzat, sifat, dan perbuatan -Nya. Mereka juga menyekutukan -Nya dalam peribadatan dan cara berhubungan dengan -Nya. Mereka telah memadukan seluruh kesesatan umat-umat terdahulu. Pada satu sisi beraqidah Majusi murni, di sisi lain terang-terangan meninggalkan ajaran Islam secara parsial, sebagaimana mereka telah menetapkan adanya sekutu bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam perkara rububiyah, dalam urusan Dzat, begitu pula mereka menetapkan adanya sekutu bagi -Nya dalam perkara rububiyah yang berkaitan dengan sifat dan perbuatan -Nya.
Disamping itu mereka adalah para pengagung kubur dan penghuninya, senang membangun masjid dan kubah diatas kubur, yang secara langsung mereka sedang menghidupkan kembali ajaran agama Yahudi dan Nasrani. Sehingga dijumpai pada tubuh umat ini sebagian orang-orang musyrik yang menyembah berhala dan mengagungkan kubur yang bisa diwakili oleh orang Rafidah, yang menghidupkan ibadah disamping kubur lalu meninggalkan masjid dan peribadatan didalamnya.
Ambil contoh misalkan, salah satu kelompok sempalan Rafidah, yaitu aliran Isma'iliyah. Didalam menyebarkan aqidah dan ajarannya ke tengah-tengah masyarakat, mereka melakukan dengan cara rahasia dan sangat tersembunyi, sehingga mampu mengecoh banyak orang dalam perkara ini, disamping itu mereka begitu mengabaikan aturan syariat. Siasatnya dimulai dengan penampilan sebagai orang yang peduli dengan kubur, melindungi situs dan peninggalan nenek moyang, dengan melakukan doa disampingnya.
Lalu akhirnya, setan membawa orang-orang yang mengidolakan kubur untuk menjadikan penghuninya sebagai pemberi syafaat, selanjutnya di giring untuk berdoa langsung kepada orang mati, dan penghuni kubur. Lalu dibawa pada keyakinan kalau penghuni kubur memiliki peran didalam urusan mengatur alam, strategi itu dilakukan secara berangsur-angsur hingga akhirnya berhasil.
Salah seorang peniliti ketemporer menyatakan, "Sesungguhnya kelompok pertama yang bisa saya temukan dalam perkara kembalinya kaum muslimin kepada agama Jahiliah, dalam kenyakinan tentang roh dan kubur adalah dari kelompok Isma'iliyah. Lebih khusus aliran Ikhwanu Shafa'. Sebuah kelompok rahasia yang sangat samar pergerakannya, yang keterangan aqidah dan pokok ajarannya menjadi lima puluh, dengan cara yang sangat rahasia, hingga tidak ada yang mengetahui siapa yang menulis dan yang mengarangnya, walaupun disana ada beberapa klaim.
Kemudian aqidah mengagungkan kubur ahli bait di jiplak oleh aliran al-Musiyun yang dijuluki dengan kelompok Itsna' Asyara (Imam dua belas). Para tokoh-tokohnya menulis buku-buku yang berkaitan tentang ibadah haji dan ziarah ke kubur ahli bait. Tata cara ziarah serta doa-doa yang dibaca ketika disamping kubur, menyandarkan riwayat-riwayat tersebut dengan cara dusta dan batil, kepada para imam ahli bait. Dan saya pernah melihat secara langsung sebuah buku karangan mereka yang berjudul 'Ziyaraat Kaamilah' yang ditulis oleh Ibnu Qulawaih, dalam bukunya tadi saya melihat banyak contoh-contoh apa yang saya sebutkan tadi.
Barangsiapa yang mau melihat pada warisan aliran Isma'iliyah dan pergerakan Ikhwanu Shafa' pada umat ini niscaya dirinya akan mendapatkan apa yang saya sebutkan sebagai contoh dihadapannya. Sebab manusia bisa terfitnah dengan beribadah kepada kubur serta menjadikan penghuninya sebagai pemberi syafaat dan wasilah belum diketahui sebelum mereka. Tatkala kebodohan menyebar ditubuh kaum muslimin yaitu sebelum berdirinya daulah Fatimiyah, kelompok ini mengenalkan perkara-perkara tadi ketengah-tengah kaum muslimin, hingga ketika daulah Ubaidiyah berkuasa, mulai banyak kubur orang sholeh yang dibangun dan diibadahi, lalu secara terang-terangan aqidah mereka disebarkan yang selama ini ditutupinya.
Dalam risalah yang ke empat puluh dari rasail Ikhwanu Shafa' sangat jelas menerangkan hal tadi, dan bukti autentik fakta kebenarannya. Para penulis rasail tersebut mengatakan, "Hal tersebut, karena kaum yang didatangi oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang yang beribadah kepada berhala. Mereka biasa mendekatkan diri kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan cara mengagungkannya, sujud, mengusap-usap dan membakar kemenyan disampingnya. Mereka meyakini bahwa hal tersebut menjadi ibadah utama yang akan mendekatkan diri kepada -Nya sedekat-dekatnya.
Patung adalah benda bisu yang tidak bisa bicara tidak pula membedakan, tidak punya perasaan, rupa dan tidak bisa bergerak. Makanya ketika melihat hal tersebut Allah Shubhanahu wa ta’alla membimbing mereka, dengan menunjukan kepada yang lebih lurus, lebih sesuai dengan pentunjuk, dan lebih layak dari pada berhala-berhala tersebut, yaitu dengan para Nabi. Walaupun hakekat mereka adalah manusia akan tetapi mereka hidup bisa berbicara dan lebih mulia dari para ulama sholeh, mereka bisa menyerupai para malaikat dengan jiwa-jiwanya yang suci, mengenal hak Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan sebenar-benarnya. Sehingga beribadah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla melalui perantara mereka lebih utama, lebih pantas dan sesuai dengan petunjuk daripada bertawasul kepada berhala yang tidak bisa mendengar, dan melihat apalagi mengabulkan hajat yang memintanya.
Lalu ketahuilah wahai saudaraku! Bahwa diantara manusia ada yang mendekatkan diri kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla melalui para Nabi dan Rasul -Nya, melalui para imam setelah mereka dan ahli wasiatnya, atau melalui para wali dan orang-orang sholeh, atau melalui para malaikat terdekat. Dengan cara mengagungkan mereka, masjid-masjidnya serta nisan-nisannya. Mencontoh mereka dalam perilaku, mengamalkan isi wasiat dan sunah-sunahnya sesuai dengan kemampuan, berusaha untuk meniru, merealisasikan konsekuensinya dan menunaikan ijtihad mereka.
Maka bagi orang yang mengetahui Allah Shubhanahu wa ta’alla dengan sebenar-benarnya niscaya dirinya tidak akan bertawasul dengan seorang pun, dan ini merupakan kedudukan para wali -Nya, adapun orang yang dangkal dalam pemahaman, pengetahuan dan hakekat -Nya, maka tidak ada sarana lain yang bisa mengantarkan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla melainkan harus dengan cara melalui para nabi -Nya.
Dan orang yang berada dibawahnya lagi dari segi kurang memahami, pengetahuan dan hakekat -Nya, maka tidak ada jalan yang bisa mengantarkan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla melainkan melalui jalan para imam dari kalangan pengganti para nabi dan ahli wasiatnya. Selalu mengaitkan hati dengan mereka, dengan pergi ke masjid-masjid dan nisan-nisan mereka, berdoa, sholat, puasa, memohon dan meminta ampun, rahmat, di sisi kubur mereka, dan disamping gambar-gambar foto mereka, untuk mengingatkan keteladanannya, dan mengenal perjuangannya, yang dibentuk serupa dengan patung dan berhala serta yang semisal dengannya dalam rangka mencari kedekatan kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla sedekat-dekatnya. Kemudian perlu diketahui, bahwa kondisi orang yang menyembah suatu benda lalu mendekatkan diri kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla melalui pintunya maka merupakan kondisi terbaik dari pada orang yang enggan melakukannya dan tidak mau mendekatkan diri melalui sarana semacam itu".
Awal perkembangan aliran Batiniah ini bergeliat sekitar abad ketiga, dan tidak diketahui risalah-risalah tersebut, yang menjadi asas pemikiran dan ajarannya, yang kemudian menyebar ketengah masyarakat banyak melainkan pada abad ke empat hijriyah. Itupun dilakukan dengan cara sangat rahasia, lalu masuk pada rakyat jelata sehingga menjadi sebuah ideologi tersendiri yang terus membesar. Dan para ulama yang tinggal di masa itu telah banyak yang membantah bahaya pemikiran ini serta mengkafirkan para penganutnya.
Sebagaimana keterangan Ibnu Aqil, dimana pada abad ke lima hijriyah atas dukungan dan peran serta daulah Ubaidiyah, banyak sekali menyebarkan madzhab pemikiran sesat, yang berkeliaran, beliau menjelaskan, "Tatkala beban taklif syariat terasa berat bagi sebagian orang bodoh dan rakyat jelata, maka mereka mencoba mengganti syariat dengan membanggakan hukum bikinan yang mereka buat sendiri, dan terasa ringan baginya, karena tidak ada campur tangan dari yang lain yang mengusik mereka.
Maka menurut pendapat saya mereka adalah orang-orang yang telah keluar dari agama dengan sebab hukum bikinan yang mereka buat, semisal mengagungkan kubur, dan memuliakannya dengan perkara-perkara yang justru mereka telah dilarang oleh syariat, semacam menyalakan lampu diatas kubur, mencium dan mengusap-usapnya, meminta kepada mayit kebutuhan-kebutuhan yang sedang mereka inginkan, menulis surat disampingnya, dengan mengatakan, wahai tuanku kabulkan untukku ini dan itu, melubangi pepohonan sama persis yang dilakukan oleh orang-orang yang dahulu menyembah Latta dan Uzza".
Dari penjelasan yang cukup panjang ini kita jadi paham kalau kesyirikan kubur ditengah kaum muslimin berasal dari keyakinan-keyakinan aliran Batiniah yang disempalkan kedalam umat Islam. Yang sebelum munculnya firqah sesat ini belum tersebar aqidah semacam itu. Ini dari satu sisi, adapun dari sisi lain, bahwa banyak diantara buku-buku filsafat Yunani yang mendewakan patung dan kubur yang diterjemahkan kedalam bahasa Arab, kemudian banyak orang yang mendalami ilmu filsafat tersebut hingga mereka berafiliasi menjadi filsafat Islam. Semisal, al-Farabi yang telah kafir, Ibnu Sina al-Hanafi al-Qurmuthi, pembela kekafiran dan kesyirikan ath-Thusi, serta yang lainnya yang telah mengotak-atik agama Islam seperti sebuah permainan sebagaimana dahulu Paulus mempermainkan agama Nasrani.
Banyak diantara mereka yang terpengaruh dengan pemikiran filsafat, lalu masuk diantaranya keyakinan tentang kubur, sehingga mereka menginovasi cara berdoa kepada penghuni kubur dan patung dengan cara filsafat yang mereka buat. Banyak diantara ahli kalam dari kalangan Maturidiyah al-Hanafiyah dan As'ariyah al-Kulabiyah yang aqidah dan pemikirannya sejalan dengan filsafat Yunani. Dikarenakan mereka banyak membaca buku-buku filsafat, sehingga aqidahnya banyak terpengaruh dengan aqidah kuburiyah, hingga pada waktu yang bersamaan mereka menjadi para pemuja kubur yang sesat -sebagaimana akan datang penjelasannya-.
Inilah bagian dari sejarah, awal mula terjadinya kesyirikan dalam peribadatan dan uluhiyah yang terjadi di dalam tubuh umat ini. Yang semakin menegaskan bahwa kesyirikan dalam peribadatan belum ada pada abad pertama dan kedua hijriyah, namun, kejadiannya baru terjadi setelah para pelaku generasi ketiga yang mendapat rekomendasi kebaikan oleh Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam telah meninggal dunia.
Oleh karena ini Syaikhul Islam menjelaskan, "Sungguh berdirinya Khilafah Bani Abbas, mulai bermunculan ditengah-tengahnya beberapa kubur yang diagungkan di Irak atau selain Irak yang banyak menceritakan kedustaan. Tatkala terbunuhnya Husain di Karbala maka mereka membangun kubah diatas kuburnya sehingga banyak para pembesar dan penguasa yang mendatanginya. Sampai mereka banyak di ingkari oleh para ulama, hingga tatkala Khalifah Mutawakil mendatangi kubur tersebut maka para ulama sangat keras sekali mengecamnya.
Pada awal-awal kekuasaan Bani Abbas mereka begitu keras menolaknya, begitu pula tatkala kekuasaan mereka semakin kuat, maka pada saat itu tidak ada diantara mereka yang mengagungkan kubur. Baik kuburan yang benar ada penghuninya atau yang di dustakan ada penghuninya seperti yang terjadi setelah mereka. Karena Islam pada masa itu masih dalam kekuatannya dan sangat keras memerangi perbuatan tersebut. Sehingga tidak ada pada masa Sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in yang melakukan hal tersebut dinegeri-negeri Islam. Justru perbuatan tersebut terjadi setelah masa mereka berakhir.
Kejadiannya muncul dan menyebar tatkala kekuatan Khilafah Bani Abbas semakin melemah, terus ditambah perpecahan yang terjadi ditubuh kaum muslimin, banyaknya orang-orang zindik yang telah memperdaya kaum muslimin, ucapan ahli bid'ah telah mencerai beraikan mereka, yaitu pada saat kekuasaan dipegang Muqtadir pada akhir-akhir tahun tiga ratusan. Sesungguhnya pada saat itu mulai muncul aliran Qaramitah, Ubaidiyah, Qadahiyah di negeri muslimin belahan barat, kemudian mereka datang ke negeri Mesir".
Setelah kita mengetahui akar kesyirikan dalam peribadatan didalam tubuh kaum muslimin, maka selanjutnya kita akan menerangkan tentang tersamarnya perkara syirik ini sehingga ada yang terjerumus kedalamnya dari kalangan orang yang telah dikenal dengan keilmuaan dan keutamaanya. Lalu apa sikap dan tindakan para ulama salaf didalam menghadapi seluruh kesyirikan yang terjadi tersebut.
References
[1] . Lihat keterangannya dalam kitab Firaq bainal Firaq hal: 233 oleh Baghdadi. Dimana beliau mencantumkan sebagai orang pertama yang telah keluar dari Islam.
[2] . Lihat kitab Firaq bainal Firaq hal: 233 oleh Baghdadi. al-Bad'u wa Tarikh 5/125-129 oleh al-Maqdisi. Lisanul Mizan 3/289-290 oleh Ibnu Hajar. Mizanul I'tidal 2/426 Dzahabi.
[3] . Firaq bainal Firaq hal: 23, 24, 225-230, 233-266 oleh Baghdadi. Maqalaat Islamiyah 1/66-88 oleh al-Asy'ari. Milal wa Nihal 1/151, 176-191 oleh Syahrastani.
Rawafidh bentuk plural dari kata Rafidah nisbat kepada Rafidi. Sedangkan Rafdu secara bahasa bermakna meninggalkan. Adapun kata Rawafidh secara bahasa mempunyai arti pasukan yang pergi meninggalkan panglimanya, membiarkan dan mengacuhkan perintahnya.
Secara istilah Rafidah ialah firqah dari Syi'ah. Dinamakan seperti itu karena mereka meninggalkan Zaid bin Ali bin Husain, menolak dan mengkhianatinya. Yang sebelumnya mereka telah membai'atnya, kemudian mereka bertanya padanya, "Engkau berlepas diri kepada Abu Bakar dan Umar –radhiyallahu 'anhuma- atau tidak? Maka dirinya enggan memenuhi keinginan mereka, justru berkata, "Keduanya pembantu kakekku Rasulallah shalallahu 'alaihi wa sallam". Mereka lalu berkata, "Kalau demikian kami menolakmu". Akhirnya, mereka menolak Zaid bin Ali bin Husain. Dan beliau mengatakan, "Kalian telah menolakku". Itulah kenapa mereka dinamakan Rafidah, dari kata Rafdu. Dijelaskan bahwa pada waktu itu ada beberapa orang yang tetap membela beliau, dan kelompok yang membelanya dinamakan dengan aliran Zaidiyah. Lihat keterangannya dalam kitab Firaq bainal Firaq hal: 24-25 oleh Baghdadi. Siyar a'lamu Nubala 5/390 oleh Dzahabi. Tajul Arus 5/34 oleh Zabidi.
[4] . Isma'iliyah kelompok yang dinisbatkan kepada Isma'il bin Ja'far ash-Shadiq (w 198 H). Firqah ini termasuk sempalan dari sekte Rafidah Imamiyah. Dan kelompok Imamiyah setelah ditinggal mati oleh Ja'far ash-Shadiq pada tahun 147 H, pecah menjadi beberapa kelompok, yang paling terkenal diantaranya yaitu, al-Mausuwiyah, dan al-Isma'iliyah. Diantara ucapan mereka, ialah menyakini bahwa Musa al-Kadhim bin Ja'far ash-Shadiq termasuk Imam yang dua belas. Keyakinan kedua menyakini bahwa Isma'il bin Ja'far ash-Shadiq ialah imam mereka, inilah kelompok yang disebut dengan Isma'iliyah. Setelah itu kelompok ini pecah tatkala menyikapi Muhammad bin Isma'il, dirinya diklaim telah kembali setelah lama bersembunyi. Inilah kelompok pecahan yang dinamakan dengan al-Waqifiyah. Keyakinan mereka mengatakan bahwa para imamnya sedang bersembunyi, kemudian kelak akan muncul. Ini semua termasuk kelompok Isma'iliyah al-Batiniyah.
[5] . Ubaidiyah ialah kelompok sempalan dari Isma'iliyah –pada kebanyakan aqidah yang mereka pegang- yang dinisbatkan kepada Ubaidillah al-Mahdi. Para pengikutnya mengklaim, "Sesungguhnya ia termasuk dari keturunan Fatimah az-Zahra dan keturunan Maimun al-Qadah". Kelompok Ubaidiyah termasuk aliran yang banyak sekali melakukan perbuatan bid'ah, khurafat dan kesyirikan. Lihat keterangan lebih lanjut dalam kitab Firaq bainal Firaq hal: 170 oleh Baghdadi. Nasy'atul Fikr Falsafah fii Islam 2/487-511 oleh an-Nasyar.
[6] . Qaramitah ialah aliran Syi'ah para pengikut Hamdan Qarmath. Salah seorang penyeru aqidah Batiniah dan pimpinannya. Dari ahli Kufah, mereka dinamakan dengan Batiniyah karena keyakinannya dalam masalah syari'at yang mengklaim syari'at adalah sesuatu yang batin tidak nampak. Lihat keterangannya dalam kitab Fadha'ih Batiniyah (kerusakan sekte Batiniyah) hal: 11-18 oleh al-Ghazali.
[7] . Nushairiyah aliran dari firqah Syi'ah yang ekstrim. Mereka mengatakan, 'Kebenaran akan nampak dengan penampilan Ali dan para Imam'. Oleh sebab itu dinisbatkan pada mereka nama Ali Ilahiyah. Mereka adalah kelompok yang lebih kafir dari pada Yahudi dan Nasrani. Lihat keterangannya dalam kitab al-Milal wa Nihal 1/168-169 oleh Syahrastani. Minhaj Sunah 2/409 oleh Ibnu Taimiyah.
[8] . Daruz ialah salah satu kelompok sempalan Isma'iliyah Ubaidiyah ekstrim yang menuhankan penguasanya karena perintah Allah. Mereka mengingkari semua berita yang disebutkan oleh Allah tentang hari kiamat mulai balasan dan adzab. Mereka muncul pada permulaan abad ke lima hijriyah di Mesir. Lihat keterangannya dalam kitab ad-Daruz hal: 5 oleh D. Muhammad Ahmad al-Khatib.
[9] . Lihat Maqalaat Islamiyah 1/66-88. Milal wa Nihal 1/151, 176-191 oleh Syahrastani. Firaq bainal Firaq hal: 23-24, 225-230 oleh Baghdadi. Tahdzib Tarikh Dimasq 7/430 oleh Ibnu Mandhur.